Search Results
41 item ditemukan untuk ""
- The 80/20 Principle
Oleh Richard Koch Di dunia yang serba cepat ini, semua orang bergulat dengan banyak sekali tugas dan pekerjaan; begitu satu selesai, yang berikutnya langsung muncul. Demikian pula dengan bisnis yang harus mengelola pasar dan produk yang beragam. Di tengah segala kesibukan ini, prinsip 80/20 hadir untuk meningkatkan efisiensi kita. Prinsip ini menekankan bahwa terdapat ketidakseimbangan di antara upaya dan hasil, di mana sebagian kecil input yang kita berikan justru dapat menghasilkan sebagian besar output yang kita hasilkan. Prinsip ini dapat membantu kita memusatkan fokus pada tugas-tugas yang penting saja, yang memberikan hasil paling besar, ketimbang terjebak di dalam banyaknya tugas yang sepele. Mungkin selama ini kita beranggapan bahwa besarnya upaya yang kita kerahkan berbanding lurus dengan tingkat kesuksesan yang kita capai. Nyatanya, prinsip 80/20 menunjukkan bahwa kesuksesan lebih mudah dicapai melalui penyederahanaan strategi—melakukan lebih sedikit hal dengan dampak yang lebih besar. Pola pikir 80/20, ketika diterapkan pada kehidupan pribadi, juga dapat memberikan manfaat pada hubungan dan meningkatkan rasa kebahagiaan. Yuk, kita belajar meningkatkan lagi manajemen waktu, produktivitas, dan kesejahteraan kita baik di ranah profesional maupun pribadi. 1. Input dan Output Berkaca dari pengalaman pribadi, kamu mungkin menyadari bahwa sebagian besar tugas atau pekerjaan kamu selesaikan tepat sebelum deadline berakhir, yang menunjukkan adanya ketidakseimbangan antara upaya dan hasil. Bisnis pun begitu. Perusahaan seringkali menemukan bahwa hanya 20% dari rangkaian produk merekalah yang berkontribusi terhadap 80% keuntungan. Atau, ternyata hanya sebagian kecil, sekitar 20%, pengendara kendaraan bermotorlah yang bertanggung jawab akan sebagian besar (80%) kecelakaan. Contoh lain lagi, sebuah penelitian pada tahun 1997 menunjukkan bahwa hanya 4 film (1,3%) dari 300 film yang dibuat yang berhasil meraup 80% penjualan tiket. Artinya, terdapat dampak yang tidak proporsional yang disebabkan oleh kelompok minoritas. Nah, prinsip 80/20 menegaskan bahwa hanya sekitar 80% dari output yang kita peroleh yang merupakan hasil dari 20% input yang kita berikan. Tidak semua pergerakan atau upaya memiliki pengaruh yang sama terhadap hasil akhir; beberapa upaya memiliki dampak yang besar, sementara upaya lainnya hanya memberikan kontribusi yang kecil. Rasionya pun dapat bervariasi, seperti 70/30 atau 99,9/0,01, dan mungkin tidak selalu berjumlah 100. Implikasinya? Kita harus mengalokasikan fokus yang strategis terhadap upaya-upaya yang berdampak besar dan menghasilkan hasil yang signifikan. 2. Ketidakseimbangan Tidak Sama Dengan Ketidakadilan Berbeda dengan harapan kebanyakan orang akan dunia yang seimbang, ketidakseimbangan terjadi di mana-mana. Contohnya, dalam percakapan kita sehari-hari, hanya 1% dari kata-kata dalam bahasa Inggris yang mencakup lebih dari 80% pembicaraan. Ketidakseimbangan ini diakibatkan oleh suatu feedback loop, di mana efek dari manfaat-manfaat kecil menjadi besar seiring dengan berjalannya waktu. Analoginya, perbedaan kecil di dalam kolam berisikan ikan mas dengan ukuran yang awalnya sama, dapat menyebabkan variasi yang signifikan dalam pertumbuhannya, karena dampaknya pada manfaat kumulatif dari penangkapan makanan. Meskipun ketidakseimbangan-ketidakseimbangan ini merupakan hal yang wajar, masyarakat seringkali menganggapnya tidak adil, seperti yang dapat kita lihat pada fenomena protes terhadap distribusi pendapatan dan kekayaan yang tidak proporsional. Apakah adil ketika 20% populasi dunia menguasai 80% dari kekayaan global? Ketidakpuasan ini muncul dari ekspektasi bahwa usaha/kinerja kita dan hasil/imbalan yang kita terima seharusnya berbanding lurus. Nyatanya, prinsip 80/20 justru menjelaskan bahwa tidak semua usaha dapat menghasilkan imbalan yang sama besarnya. Kita diminta untuk mengevaluasi ulang gagasan konvensional kita akan keadilan, dan menerima adanya ketidakseimbangan dalam berbagai aspek kehidupan. 3. Efisiensi Kerja Prinsip 80/20 dalam kehidupan sehari-hari menjadi relevan ketika diterapkan ke ranah profesional. Besar kemungkinannya, bahwa kinerja kamu saat ini masih kurang efisien, karena sekali lagi, hanya 20% dari upaya yang kamu kerahkan yang mungkin menghasilkan 80% dari pendapatan atau perolehanmu. Artinya, sebagian besar, atau 80%, dari pekerjaan kamu tidak efisien. Bayangkan jika kamu bisa menghilangkan waktu yang sia-sia ini dan menyalurkannya ke dalam 20% waktu yang efisien. Kamu berpotensi meningkatkan efisiensimu dengan mengalihkan upaya dari tugas-tugas yang berdampak minimal ke tugas-tugas yang berdampak maksimal. Maka dari itu, kamu harus menganalisa proses kerjamu secara strategis dan berkala; misalnya, mungkin kamu menyadari bahwa meluangkan waktu terlalu banyak untuk berpikir pada fase-fase awal pembuatan suatu proyek justru menghambat produktivitasmu. Mengidentifikasi hambatan-hambatan seperti ini dan menanggulanginya secara sadar dapat meningkatkan efisiensimu secara signifikan. Jangan lupa juga untuk mengaplikasikan efisiensi yang biasanya hanya kamu terapkan di menit-menit terakhir sebelum deadline, di sepanjang durasi proyek. Dengan begitu, prinsip 80/20 ini dapat kamu gunakan sebagai alat bantu untuk meningkatkan kebiasaan kerjamu, membantumu merampingkan proses, meningkatkan efisiensi, dan pada akhirnya melipatgandakan penghasilanmu. 4. Produk Andalan Dalam konteks bisnis, prinsip 80/20 melibatkan pengoptimalan portofolio rangkaian produk. Kamu bisa mulai dengan menganalisa kategori produk bisnismu berdasarkan angka keuntungan dan pemasaran. Mungkin hanya sebagian kecil, sekitar 20%, dari produk-produk yang kamu jual yang berkontribusi terhadap 80% total keuntunganmu. Setelah kamu mengidentifikasi pembagian 80/20 ini, langkah selanjutnya adalah dengan memaksimalkan potensi dari produk-produk yang paling menguntungkan. Konsentrasikan sumber daya bisnismu untuk mempromosikan dan menjual produk yang berkinerja tinggi ini. Bagaimana caranya? Kamu bisa menetapkan tujuan yang spesifik, seperti menggandakan penjualan produk-produk andalanmu. Sebagai contoh, sebuah penelitian di sebuah perusahaan elektronik mengungkapkan bahwa hanya tiga produk teratas mereka saja yang mewakili 19,9% dari total penjualan, dan menghasilkan 52,6% dari total keuntungan. Alhasil, perusahaan mengalihkan fokus mereka kepada peningkatan tenaga penjualan ketiga produk teratas tersebut. Dengan secara strategis memperkuat dampak positif dari 20% produk yang terpenting, kamu juga dapat meningkatkan kinerja dan keuntungan bisnismu secara signifikan. 5. Sederhana = Untung Seringkali kita beranggapan bahwa kompleksitas merupakan salah satu tanda kesuksesan; makin kompleks suatu bisnis, maka makin sukses bisnis tersebut. Namun, kenyataannya, kompleksitas internal memiliki biaya tersembunyi yang signifikan. Artinya, portofolio produk yang luas tidak selalu menghasilkan keuntungan yang lebih tinggi, karena mengelola berbagai macam produk justru akan melibatkan logistik yang rumit, meningkatkan biaya pelatihan untuk staf penjualan, dan menciptakan lebih banyak lagi pekerjaan administratif. Faktor-faktor ini bisa menguras biaya yang lebih besar daripada keuntungan tambahan yang didapatkan dari penjualan produk. Sebaliknya, menyederhanakan bisnis dengan cara mempersempit atau memfokuskan rangkaian produk yang ada, dapat mengurangi biaya modal secara signifikan. Mengapa? Karena setiap orang di dalam perusahaan dapat berkonsentrasi penuh pada rangkaian produk yang lebih sedikit, dan mendapatkan pemahaman yang lebih dalam akan setiap produk. Selain itu, mereka dapat menyederhanakan tugas-tugas administratif secara efektif. Skala ekonomi yang dihasilkan, yang dicapai melalui peningkatan efisiensi dalam produksi dan logistik, juga akan secara otomatis mengurangi pengeluaran. Contoh nyatanya, sebuah studi akan 39 perusahaan menengah mengungkapkan bahwa perusahaan yang paling sukses adalah perusahaan yang paling tidak rumit. Mengapa? Karena menjual produk yang lebih sempit kepada pelanggan yang lebih sedikit dan memiliki pemasok yang lebih sedikir pada akhirnya akan menghasilkan keuntungan yang lebih tinggi. Singkatnya, menyederhanakan dan merampingkan operasi bisnis dapat secara efektif memangkas pengeluaran dan meningkatkan keuntungan. 6. Hubungan Berbisnis Prinsip 80/20 juga dapat kamu terapkan dalam konteks negosiasi, di mana hanya sedikit dari poin-poin yang kamu buat yang sebenarnya penting. Memfokuskan upayamu pada poin-poin penting ini, dibandingkan memberikan terlalu banyak syarat dan ketentuan pada terlalu banyak aspek, dapat meningkatkan hasil negosiasimu secara drastis. Sama halnya, menerapkan prinsip 80/20 dalam hal pemasaran juga melibatkan proses identifikasi 20% pelanggan terpenting yang berkontribusi pada 80% keuntungan bisnismu. Memusatkan upaya pemasaran pada segmen ini, dan memberikan layanan yang spesial kepada pelanggan-pelanggan tersebut, akan memastikan kesetiaan mereka dan membuka jalan untuk meningkatkan pangsa pasar ketika bisnis kamu mengembangkan produk atau layanan baru. Sebagai contoh, seorang broker real estate sukses, Nicholas Barsan, memberikan lebih dari sepertiga komisi tahunannya, sebesar $1 juta, kepada pelanggan-pelanggannya yang paling setia yang menjual kembali rumah mereka. Ia memperoleh keuntungan lebih hanya dengan memprioritaskan dan memuaskan 20% kliennya yang teratas. 7. Hubungan Personal Tidak seperti pemikiran konvensional pada umunya, yang mengasumsikan bahwa semua input itu sama pentingnya, dalam kehidupan sehari-hari, prinsip 80/20 menekankan bahwa tidak semua faktor memiliki nilai yang sama. Misalnya, dalam hubungan kita dengan sesama, meskipun kita diajarkan bahwa semua teman kita sama berharganya, prinsip 80/20 menunjukkan bahwa hanya beberapa pertemanan kita saja yang menyumbangkan kegembiraan dan persahabatan yang dalam. Memang, kita tidak selalu bisa mengumpulkan data dan membuat analisis yang mendetail akan hubungan interpersonal kita. Namun, kita bisa membuat sebuah estimasi. Sebagai contoh, kamu bisa merefleksikan hubunganmu dengan orang-orang yang ada di sekitarmu dan menanyakan pada diri sendiri: dari orang-orang yang ada dalam hidup saya, siapa yang paling penting bagi saya, dan berapa banyak waktu yang berkualitas yang saya habiskan bersama mereka setiap minggunya? Pertanyaan sederhana ini akan membantumu mengidentifikasi 20% hubungan yang paling berharga yang ada di hidupmu. Tidak hanya dalam hal pertemenan, tapi juga dalam segala aspek kehidupan, prinsip 80/20 mengingkatkan kita untuk selalu menempatkan kualitas di atas kuantitas. Identifikasi hubunganmu yang paling bermakna, dan berikan lebih banyak fokusmu kepada hubungan-hubungan tersebut. 8. Manajemen Waktu Konsep manajemen waktu yang konvensional biasanya berbicara seputar peningkatan produktivitas, sekitar 15-25%, dalam jangka waktu tertentu. Kita diminta menjejalkan lebih banyak tugas ke dalam jadwal yang padat, dan mengkategorikan kegiatan kita berdasarkan tingkat prioritas. Masalahnya adalah, banyak dari kita mengalami kesulitan ketika harus mengidentifikasi tugas mana yang penting dan mana yang tidak, sehingga kita akhirnya menambah jam kerja kita dan membebani jadwal kita sendiri. Menurut prinsip 80/20, atau dalam konteks ini disebut juga dengan prinsip "revolusi waktu", kita hanya perlu mengidentifikasi 20% dari tugas dan kegiatan kita yang berkontribusi kepada 80% pencapaian kita, dan kemudian memusatkan upaya kita pada tugas dan kegiatan tersebut. Contohnya, para kolega di dalam sebuah perusahaan konsultan memutuskan untuk mengerahkan sebagian besar fokusnya kepada 20% isu klien yang terpenting, memanfaatkan waktu yang lebih banyak untuk secara aktif menghasilkan usul dan rekomendasi. Pendekatan strategis inilah yang memungkinkan perusahaan untuk mengalahkan kompetitor dan meningkatkan keuntungan klien tanpa upaya tambahan. Dari sini kita belajar, prinsip 80/20 dapat membantu kita meluangkan waktu tanpa mengorbankan pekerjaan kita, sehinga kita dapat mengelola tugas dengan lebih efektif dan mencapai hasil yang lebih signifikan. 9. Evaluasi Kebahagiaan Hampir semua manusia ingin merasa lebih bahagia. Tapi, hanya sedikit yang benar-benar secara aktif mencari perubahan untuk meningkatkan kebahagiaan mereka. Banyak orang justru menghabiskan waktu melakukan aktivitas yang membawa ketidakbahagiaan, seperti tetap tinggal pada pekerjaan yang tidak memuaskan. Nah, lagi-lagi prinsip 80/20 dapat kamu gunakan. Coba identifikasi hal-hal apa saja yang membawa kebahagiaan dan ketidakbahagiaan di dalam hidupmu, beserta penyebabnya. Tanyakan pada diri sendiri: 20% dari aktivitas apa saja yang berkontribusi pada 80% kebahagiaan saya? Dan sebaliknya. Setelah kamu mengedinitifikasi 80% aktivitas yang tidak membawa kebahagiaan atau membawa hanya sedikit kebahagiaan, ambil tindakan untuk mengurangi waktu melakukan aktivitas tersebut. Misalnya, jika pekerjaanmu membuatmu tidak bahagia, carilah alternatif lain, misalnya dengan membatasi tugas dan peranmu dalam jabatan, atau menyesuaikan jam kerjamu. Jangan bersikap pasrah akan ketidakbahagiaan yang terus-menerus kamu rasakan di tempat kerja. Dengan meminimalisir aktivitas yang membuat kamu tidak bahagia, kamu dapat menyisihkan waktu dan energimu pada hal-hal yang membuatmu bahagia, seperti menghabiskan lebih banyak waktu dengan keluarga dan teman. Sekali lagi, untuk meningkatkan kebahagiaan, identifikasi 20% aktivitas yang paling berkontribusi terhadap 80% kebahagiaanmu, dan temukan cara agar kamu bisa lebih sering melakukannya. Prinsip 80/20 ini memang sederhana, namun mampu memberdayakan kita untuk secara aktif membentuk masa depan yang kita inginkan.
- 7 Strategies Of Wealth And Happiness
Oleh Jim Rohn Banyak dari kita menganggap bahwa kekayaan atau kesuksesan hanyalah sebatas khayalan belaka. Jim Rohn, penulis kita kali ini, juga merasakan hal yang sama. Setelah ia lulus kuliah, ia bekerja selama enam tahun sebagai manajer sumber daya manusia tanpa mengalami perkembangan karier atau kenaikan gaji yang signifikan. Nasibnya mulai berubah setelah ia bertemu dengan Earl Shoaff, seorang mentor yang mengajarkannya akan beberapa strategi untuk membangun kekayaan, didasari oleh disiplin dan usaha yang terfokus. Setelah menerapkan strategi-strategi ini, Rohn berhasil menjadi jutawan pada usianya yang ke 31 tahun! Meskipun kekayaan dan kesuksesan memiliki arti yang berbeda-beda bagi setiap orang, tujuh strategi yang akan kita bahas kali ini akan menjadi panduan komprehensif untuk mencapai berbagai tujuan keuangan kita, baik itu mengumpulkan kekayaan atau pun membebaskan diri dari hutang. Yuk, kita simak. 1. Tentukan Tujuan Pertama-tama, coba renungkan baik-baik, apa yang biasanya terjadi setelah kita berhasil mencapai suatu tujuan dan menghapusnya dari to-do list kita? Tentu rasa puas, yang diikuti oleh munculnya sebuah tugas yang baru. Meskipun kadang hal ini membuat kita merasa frustasi, siklus tak berujung ini justru sangat bermanfaat, karena dapat mencegah munculnya kekosongan setelah sebuah tujuan tercapai. Kamu tahu, beberapa astronot Apollo yang kembali dari bulan mengalami depresi setelah misi mereka selesai? Mengapa? Karena mereka merasa kehilangan tujuannya di masa depan. Artinya, tujuan yang berkelanjutan itu sangatlah penting. Jadi, apa yang bisa kamu lakukan? Kamu bisa menyediakan waktu untuk membuat catatan harian yang dapat memvisualisasikan tujuan-tujuanmu dalam jangka panjangnya. Dalam sebuah buku catatan, tulislah 50 tujuan hidupmu untuk satu hingga sepuluh tahun ke depan, kategorikan berdasarkan perkiraan waktu penyelesaiannya. Pilihlah empat tujuan yang paling penting dari setiap kategori, lalu tulislah sebuah paragraf untuk setiap tujuan, yang secara rinci dan spesifik menjelaskan mengapa tujuan tersebut penting. Penjabaran ini memastikan bahwa setiap tujuan memiliki arti yang khusus dan layak untuk dikejar. Kamu bisa menggunakan catatan ini sebagai titik acuan, yang memungkinkan kamu untuk memantau kemajuanmu, mengevaluasi prioritasmu, dan melihat tujuan mana yang tetap menjadi penting dari waktu ke waktu. 2. Belajar secara Mandiri Kita tahu bahwa kesuksesan di bidang pekerjaan apa pun umumnya membutuhkan waktu pembelajaran atau pelatihan selama bertahun-tahun, seperti profesi kedokteran atau hukum, di mana prosedur yang rumit mewajibkan penguasaan pengetahuan yang luas. Sama halnya, untuk mencapai kekayaan atau kesuksesan, kamu perlu memahami betul topik-topik manajemen keuangan dan pengoperasian bisnis. Kabar baiknya, kamu tidak perlu menempuh pendidikan formal di universitas untuk menguasai pengetahuan ini; kamu cukup belajar secara mandiri. Bagaimana caranya? Mulailah dengan merefleksikan pengalaman finansial kamu sehari-hari. Catat dengan cermat segala keberhasilan dan kegagalan sebagai referensimu di hari mendatang. Selain itu, manfaatkan banyak pengetahuan dari buku, video, dan rekaman audio, terutama autobiografi orang-orang yang sukses dan karya-karya pembelajaran seperti buku "Think and Grow Rich" dari Napoleon Hill. Bahkan, kamu bisa mengundang atau mentraktir makan malam orang-orang yang menurutmu sukses, dan mendengarkan masukan-masukan berharga mereka akan cara meningkatkan pendapatan. Kamu juga bisa menghadiri pembicaraan atau seminar yang mengundang orang-orang sukses. Amati perilaku mereka dan kenali kebiasaan mereka yang sekiranya bisa kamu terapkan dalam kehidupanmu. Intinya, kamu bisa meluangkan waktumu setidaknya 30 menit setiap harinya untuk belajar, dan mengalokasikan sebagian penghasilan kamu setiap bulannya untuk berinvestasi dalam pengetahuan. Efek kumulatif dari upaya-upaya ini akan berkontribusi secara signifikan terhadap kesuksesanmu di masa depan, asalkan kamu merumuskan program pembelajaran mandiri yang konsisten dan terencana. 3. Ubah Kebiasaan Negatif Tanpa kita sadari, seringkali kita menerima persepsi yang negatif akan diri sendiri, seperti, "Saya selalu terlambat; memang begitulah saya" atau "Saya tidak bisa mengontrol diri untuk tidak ceroboh." Pikiran-pikiran ini merusak kepercayaan diri dan menciptakan rasa tidak berdaya dalam mengatasi kecenderungan buruk yang melekat pada diri kita. Padahal, sesungguhnya, transformasi yang sesungguhnya terletak pada kemampuan kita dalam meningkatkan diri kita sebagai seorang karyawan, teman, atau pun pasangan. Daripada mencari solusi eksternal seperti bernegosiasi dengan atasan untuk menerima kenaikan gaji, kita bisa berusaha dengan fokus pada peningkatan diri. Contohnya, meningkatkan nilaimu sebagai seorang karyawan di perusahaan melalui produktivitas, kinerja, dan penguasaan keterampilan baru akan secara otomatis membawamu pada kenaikan gaji. Jadi, kemampuan kita dalam mengidentifikasi dan menghilangkan hambatan itu sangatlah penting, sementara menunda-nunda, menyalahkan orang lain, dan mencari-cari alasan eksternal hanya akan merugikan kita. Apa contoh konkret yang dapat kamu lakukan? Kamu bisa mulai dari langkah-langkah kecil, seperti mengatur alarm pagimu beberapa menit lebih awal untuk membiasakan budaya tepat waktu. Kalau kamu berhasil mengatasi rintangan-rintangan kecil seperti ini secara bertahap, maka keberhasilan-keberhasilanmu juga bisa kamu jadikan sebagai motivasi, yang akan mendorongmu untuk menaklukkan rintangan yang lebih berat di masa depan. 4. Kelola Pendapatan dan Pengeluaran Perasaan dan pikiran apa yang muncul ketika kamu mendengar kata “pajak”? Rasa takut? Bayangan akan berbagai macam hal yang rumit di mana penghasilan yang sudah kamu peroleh dengan susah payah akan tersedot cuma-cuma? Awalnya, Rohn pun memiliki pemikiran yang sama dengan kita semua. Namun, ternyata penting untuk kita mengadopsi sikap positif terhadap pajak. Mentor dari penulis kita, Shoaff, berpendapat bahwa pandangan yang positif akan pajak akan mengurangi rasa frustrasi dan menumbuhkan rasa kontrol. Daripada memandang pajak sebagai sebuah bentuk ketidakadilan, anggaplah pajak sebagai kontribusi kita kepada masyarakat luas, di mana kita menyebarkan keamanan, kebebasan, dan kesempatan pada orang lain. Pengeluaran hanyalah perkara mengedarkan uang dan mengurangi hutang. Di luar pajak, terapkan “the 70/30 rule” sebagai prinsip untuk mengelola pendapatan bersih. Apa itu “the 70/30 rule”? Di sini, kamu dianjurkan mengalokasikan 70 persen pendapatanmu untuk segala kebutuhan dan keinginan yang kamu miliki, lalu, sebelum kamu membelanjakan 30% sisanya, donasikan 10 persen untuk amal, simpan 10 persen lainnya untuk mengakumulasi kekayaan, dan investasikan 10 persen terakhir untuk menciptakan kekayaan baru melalui cara-cara konvensional maupun non-konvensional. Aturan ini, ditambah dengan pola pikir yang positif, dapat mengubah perspektifmu mengenai cara kamu mengelola penghasilan, dan akan membantumu dalam mengambil keputusan keuangan. 5. Jadilah Individu yang Terorganisir Seperti halnya apapun di dalam hidup ini, keseimbangan adalah kunci, termasuk keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan. Idealnya, jangan sampai kita menjadi seseorang yang tidak memiliki tujuan, tapi jangan sampai pula kita menjadi seseorang yang gila akan kerja. Seimbangkan kerja keras, waktu bersama keluarga, dan saat-saat santai. Mengapa hal ini penting? Terlalu berkomitmen pada satu bidang saja akan mengarah pada gaya hidup yang tidak berkelanjutan dan tidak seimbang. Contohnya, seorang wiraniaga yang beralih menjadi pengusaha ketika memulai bisnisnya sendiri, lama kelamaan akan tenggelam dalam perannya sebagai CEO, dan pada akhirnya akan kembali ke pekerjaannya yang biasa karena kehidupannya yang tidak seimbang. Untuk menjaga keseimbangan, manfaatkan kemampuan organisasimu. Kamu bisa membuat catatan proyek dengan menggunakan tabel yang memudahkan akses ke informasi penting dan mendorong efisiensi. Lalu, sesuaikan catatan tersebut dengan kebutuhanmu, mungkin dengan mengatur detil tentang individu atau proyek. Strategi penting lainnya adalah dengan membuat rencana harian. Gunakan kalender untuk membuat jadwal dan menyisakan waktu santai untuk kamu "tidak melakukan apa-apa". Mengembangkan kebiasaan organisasi memang membutuhkan disiplin, terutama jika bertransisi dari gaya manajemen waktu yang lebih santai, namun upaya ini akan memastikan bahwa kamu tidak perlu mengorbankan satu aspek kehidupanmu demi yang lain. 6. Evaluasi Lingkaran Sosial Tidak dapat dipungkiri, lingkaran sosial kita membentuk pribadi kita. Mau tidak mau, orang-orang sekitar kita mempengaruhi kebiasaan dan perilaku kita. Entah itu menghabiskan uang tanpa beban atau terlibat dalam kegiatan yang merusak, dampak teman-teman kita dalam hidup sangatlah besar. Mengakui besarnya pengaruh ini adalah langkah pertama dalam meminimalisir potensi negatif dari orang-orang yang merusak. Renungkan hubungan-hubungan utama yang kamu miliki, dan evaluasi dampaknya akan dirimu. Tanyakan pada diri sendiri; apakah pergaulan saya berjalan berdampingan dengan nilai-nilai yang saya anut? Jika kamu melihat adanya beberapa hubungan yang merugikan, maka pertimbangkan untuk memisahkan diri dari atau membatasi waktu dengan orang-orang tersebut. Hindari juga menginvestasikan waktu yang terlalu banyak untuk hubungan-hubungan kasual yang tidak memberikan banyak manfaat. Setelah itu, prioritaskan hubungan positif melalui lingkaran pergaulan yang lebih luas. Kelilingi diri kamu dengan orang-orang yang disiplin dan berorientasi pada kesuksesan, yang akan menumbuhkan pola pikir yang positif. Kamu bisa memperluas pergaulanmu dengan cara melibatkan diri dalam kegiatan komunitas dan membina koneksi yang sehat dengan orang-orang yang positif. Dengan mengenali dan secara aktif mengelola lingkaran pertemanan yang sehat, kamu dapat memastikan bahwa orang-orang yang ada di sekitarmu benar-benar berkontribusi secara positif terhadap kesejahteraan dan pertumbuhan pribadi kamu. 7. Terapkan Pola Pikir Dermawan Meskipun telah mencapai puncak kesuksesan, banyak orang yang sangat kaya, seperti selebriti atau tokoh bisnis ternama, yang mengakui bahwa mereka tetap mengalami kesulitan dalalm menemukan kebahagiaan. Pandangan bahwa memiliki banyak uang akan meningkatkan kepercayaan diri, karisma, dan kedermawanan adalah konsep yang sebenarnya tidak tepat;, uang tidak dapat mengubah karakter atau kepuasan seseorang akan hidupnya. Sebaliknya, coba terapkan “two quarter mentality” dan pupuk sikap yang murah hati. Contohnya, ketika kita memilih untuk memberikan tip kepada seorang penyemir sepatu, barang beberapa ribu saja, maka kita akan diliputi oleh rasa makmur dan percaya diri yang berkelanjutan. Dengan menjadi lebih manusia yang murah hati, kita dapat memupuk rasa kepuasan pribadi, terlepas dari berapa pun jumlah uang yang ada di rekening bank kita. Pola pikir “two quarter mentality” ini juga akan membantu kita merasa kaya di masa sekarang. Mengapa? Karena, mempraktikkan sikap murah hati dapat membawa dampak yang positif pada diri kita ketika kekayaan dan kesuksesan kita meningkat di masa depan. Pergeseran pola pikir inilah yang nantinya akan membawa kita menuju kepuasaan pribadi yang berkelanjutan, di luar pencapaian finansial kita.
- Food Fix
Oleh Dr. Mark Hyman Makanan olahan adalah sumber dari berbagai krisis kesehatan dan lingkungan, seperti penyakit jantung, kanker, diabetes, serta kontribusi emisi CO2 yang besar. Pertanian intensif yang memproduksi makanan olahan ini juga merupakan faktor utama dari penurunan jumlah lebah madu dan kupu-kupu, yang berdampak buruk pada perubahan iklim. Mengerikan, bukan? Tenang, masih ada harapan! Asalkan kita berupaya untuk menghindari asupan makanan yang berbahaya, menyokong kebijakan pemerintah, dan memprioritaskan peran petani untuk masa depan yang berkelanjutan. Yuk, perkaya diri dengan informasi di bawah ini. 1. Akar Masalah Di tengah maraknya berita mengerikan yang beredar di mana-mana, satu kesimpulan bisa kita tarik: akar dari masalah-masalah global yang mendesak adalah asupan makanan yang kita pilih. Bisa kita lihat, dampak dari pola makan yang buruk berujung pada krisis kesehatan, di mana asupan makanan olahan dan bergula selama empat dekade terakhir telah memicu naiknya kasus-kasus penyakit jantung, diabetes, dan kanker, yang merenggut hampir 50 juta nyawa setiap tahunnya. Krisis yang menelan biaya triliunan ini sebenarnya dapat dicegah. Bayangkan, hal sesederhana makanan ternyata memperparah ketidaksetaraan sosial; anak-anak yang dibesarkan dengan pola makan yang tidak sehat akan menderita kekurangan gizi, sehingga menghambat perkembangan intelektual mereka dan memperpanjang siklus kemiskinan. Dalam masyarakat berkembang pun, agribisnis besar, yang diberi label "Big Food", telah mengganggu kehidupan bermasyarakat, dengan cara menggusur populasi dan mendorong praktik-praktik pola makan dan pertanian yang berbahaya. Pada saat yang sama, sistem produksi pangan global, yang didominasi oleh agribisnis besar, muncul sebagai kontributor tunggal terbesar akan perubahan iklim, bahkan melebihi perusahaan bahan bakar fosil. Sistem ini menghancurkan habitat, menguras tanah, dan menghilangkan satwa liar dan zona mati di lautan. Titik fokus dari masalah yang saling berhubungan ini adalah makanan. Maka dari itu, kita perlu memahami betul hubungan yang rumit antara pola makan, kesehatan, ketidaksetaraan, dan dampak lingkungan. Dengan begitu, kita dapat mencari solusi-solusi komprehensif dalam mengatasi tantangan sistem pangan kita, yang tentunya lebih efektif dibandingkan cara-cara konvensional yang terkotak-kotak. 2. Potensi Transformatif Salah satu pertanda bahwa konsumsi makanan olahan dan bergula yang berlebihan dapat menyebabkan masalah kesehatan adalah besarnya biaya ekonomi yang telah dihabiskan akibat pilihan makanan yang buruk. Di Amerika Serikat saja, laporan dari tahun 2018 menunjukkan bahwa biaya yang secara langsung dikeluarkan untuk mengobati kondisi kesehatan kronis melampaui $1 triliun pada tahun 2016, dengan asupan yang buruk sebagai faktor signifikan penyebab kondisi ini. Di luar biaya langsung ini, dampak tidak langsung dari hilangnya pendapatan, berkurangnya produktivitas, dan beban pengasuh mencapai $2,6 triliun. Dalam kurun waktu 35 tahun, estimasi biaya kesehatan global yang disebabkan oleh penyakit, terutama yang berasal dari penyakit jantung, diabetes, kanker, dan penyakit mental yang disebabkan oleh pola makan yang tidak sehat, mencapai $95 triliun. Data tersebut lebih lanjut mengungkapkan bahwa 60% dari orang Amerika Serikat saat ini menderita satu penyakit kronis, sementara 40% mengidap dua atau lebih penyakit. Apa yang disebut sebagai "pola makan industri" yang diekspor oleh Amerika Serikat, yang terdiri dari burger, camilan jagung, permen, dan soda, dapat mengakibatkan keluarnya biaya sebanyak kuadriliunan dolar. Bayangkan, jumlah uang yang sangat besar ini, seperti yang dilampirkan oleh World Bank, sebenarnya memiliki potensi yang transformatif jika diarahkan pada inisiatif positif seperti pendidikan dan perawatan kesehatan gratis, penurunan kemiskinan, ketahanan pangan, keadilan sosial, penggunaan energi terbaru, dan transisi ke sistem pertanian yang sehat. Angka-angka ekonomi yang mengejutkan ini juga menunjukkan betapa pentingnya kita mempertimbangkan kembali asupan makanan kita, agar bisa memulihkan tidak hanya kesehatan kita secara individu tetapi juga kesehatan dunia secara global. 3. Praktik Pertanian Terkadang, kegiatan yang tampaknya biasa, seperti membeli makanan cepat saji atau camilan, dapat membuat kita lupa akan kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh entitas agribisnis yang berada di balik makanan-makanan tersebut. Padahal, agribisnis dapat menyebabkan banyak sekali bencana lingkungan. Dimulai dari komponen tanah, yang sangat penting untuk pertanian; praktik “pertanian intensif”, yang ditandai dengan penggunaan pestisida dan pupuk berbahaya secara sembrono dapat dengan cepat merusak kesuburan tanah, sehingga kita hanya memiliki 60 kali kesempatan panen yang tersisa. Hal ini dikarenakan tanah, penyerap karbon yang kuat, terkikis melalui pertanian intensif, yang akhirnya hanya akan meningkatan kadar CO2 di atmosfer dan memperparah pemanasan global. Akibatnya? Aliran-aliran air menjadi rusak karena limpasan pupuk menyebabkan timbulnya zona-zona mati. Contohnya, di Danau Erie, pertumbuhan ganggang melonjak drastis, yang mengancam ekosistem air dan mencemari air minum. Dampak berbahaya dari pertanian intensif tidak berhenti sampai di sini. Penggunaan pestisida secara berlebihan, yang menyebabkan kanker pada manusia, merusak kesuburan tanah, dan memusnahkan penyerbuk alami seperti lebah madu dan kupu-kupu, juga merupakan salah satu efek negatif dari praktik pertanian ini. Untuk itu, kita harus secara sigap dan cepat bergeser ke praktik-praktik pertanian yang sehat. Jika tidak, kesehatan kita dan ketahanan planet ini bisa terancam. 4. Praktik Agribisnis Pada pertengahan abad ke-20, inisiatif “Green Revolution” memelopori ambisi untuk menghapuskan fenomena kelaparan global melalui teknologi pertanian yang canggih dan penggunaan beberapa bahan kimia. Meskipun telah berhasil mengurangi tingkat kelaparan di beberapa wilayah, visi utopis ini tengah menghadapi tantangan besar, yang menunjukkan bahwa sistem yang telah dirancang untuk memerangi kelaparan massal masih dianggap kurang efektif. Meskipun produksi pangan secara global bisa dibilang cukup, 800 juta orang masih mengalami kelaparan di malam hari, yang di mana sebagian besarnya disebabkan oleh kesalahan alokasi sumber daya pangan yang dialihkan untuk pakan ternak, bahan bakar nabati, atau bahkan terbuang sia-sia. Dampak dari “Green Revolution” ini juga meliputi ranah pengembangan organisme hasil rekayasa genetika (GMO), yang keamanan ilmiahnya masih diperdebatkan, dan ketergantungannya yang tinggi akan pestisida dan herbisida berpotensi memunculkan 'hama super' dan 'gulma super' yang kebal. Selain itu, janji-janji revolusi akan mata pencaharian yang aman bagi para petani juga belum terpenuhi, yang mengakibatkan maraknya kasus hutang dan, tragisnya, insiden bunuh diri di kalangan para petani di wilayah-wilayah seperti India. Padahal, akar masalah sebenarnya terletak pada keserakahan agribisnis besar dan korporasi, yang mendorong petani untuk berhutang demi tingginya biaya pupuk, benih, dan pestisida. Sudah saatnya kita menginisiasi perubahan terhadap sistem pertanian yang gagal, memastikan masa depan yang adil dan makmur untuk pertanian global. 5. Asupan Makanan Bagaimana cara kita memadukan pola makan yang bergizi dan sekaligus ramah lingkungan? Apakah ada makanan yang baik untuk kita tetapi juga bermanfaat bagi planet ini? Tentu. Pertama-tama, kita bisa memprioritaskan asupan sayuran dan makanan yang utuh, serta memastikan produk-produk makanan ini bebas dari herbisida dan pestisida yang berbahaya, serta melalui proses budidaya yang berkelanjutan. Kedua, kita harus menyeimbangkan asupan daging dengan asupan sayuran, di mana sayuran sebaiknya memenuhi sebagian besar piring yang kita makan. Kita juga harus memastikan bahwa daging yang kita asumsi diternakkan secara bertanggung jawab. Khusus untuk ikan, kita dianjurkan mengonsumsi spesies ikan yang kaya akan omega-3 dan rendah akan merkuri, serta menghindari varian ikan yang terlalu banyak. Terakhir, ada baiknya kita tidak mengkonsumsi produk susu, namun, jika haris dikonsumsi, memilih produk dari hewan ternak yang 100% mengkonsumsi rumput organik, terutama domba dan kambing. Intinya, kita bisa mulai menerapkan pola makan yang lebih seimbang dan ramah lingkungan dengan tetap mempertahankan kebutuhan dan preferensi kita masing-masing. 6. Peran Pemerintah Upaya kita dalam menghadapi tantangan makanan yang tidak sehat seringkali terhalang oleh agenda agribisnis besar, di mana para pelobi bisnis menggunakan kekuasaan mereka untuk memberikan hadiah dan sumbangan kampanye agar dapat memanipulasi undang-undang. Kabar baiknya, perlawanan terhadap dominasi perusahaan besar masih mungkin dilakukan. Contohnya, Dr. Guido Girardi, seorang senator dan saksi mata krisis kesehatan di negeri Chili, berhasil memelopori pengesahan "Undang-Undang Pelabelan dan Periklanan Makanan". Undang-undang ini mewajibkan pencantuman logo peringatan pada produk berisiko tinggi, melarang penggunaan karakter kartun untuk memasarkan makanan tidak sehat kepada anak-anak, membatasi iklan TV untuk makanan cepat saji, menghapus makanan tersebut dari sekolah-sekolah, dan mewajibkan perusahaan untuk mempromosikan pesan-pesan yang sehat. Hebatnya, meskipun mendapatkan tentangan keras dari banyak perusahaan makanan, dalam implementasinya, undang-undang ini ternyata empat kali lebih efektif dibandingkan dengan kebijakan-kebijakan makanan yang ada sebelumnya. Contoh lainnya, meskipun pemberlakuan pajak soda kerap menuai perlawanan dari industri minuman di Amerika Serikat, kebijakan ini tetap berhasil diterapkan di kota-kota seperti Oakland, San Fransisco, dan Philadelphia. Pajak ini tidak hanya digunakan untuk mengurangi konsumsi soda, tetapi juga dialokasikan untuk pemembangun sekolah-sekolah umum dan pusat rekreasi, sehingga mendapatkan dukungan yang semakin besar dari masyarakat. Terlepas dari pengaruh agribisnis yang besar, contoh-contoh ini menggambarkan bahwa argumen populer yang disusun dengan baik memiliki peran dalam mendorong kebijakan dan legislasi pemerintah. 7. Peran Petani Setelah mempelajari peran pemerintah dalam perubahan sistem pangan kita, waktunya kita mempertimbangkan peran petani dan pengelola lahan dalam mencegah krisis kesehatan dan bencana lingkungan. Solusi utama dari petani adalah penerapan "pertanian regeneratif", sebuah pendekatan pertanian yang memprioritaskan kelestarian lingkungan dan budidaya produk organik yang sehat. Fondasi dari pertanian regeneratif sendiri adalah tanah yang sehat. Artinya, siklus destruktif yang membunuh kehidupan ekosistem organik dan mengisi tanah dengan pupuk yang berbahaya, diganti dengan metode "tanpa olah tanah", yang mampu meminimalisir gangguan tanah, meningkatkan kesehatan tanah, dan meningkatkan retensi air hujan. Perhatian lebih juga diberikan kepada rotasi dan keragaman tanaman, yang penting untuk memulihkan tanah dan mencegah penyakit dan hama. Berikutnya, hewan ternak, terutama sapi, juga memainkan peran simbiosis yang penting dalam pertanian organik, sebab, mereka dapat merangsang pertumbuhan tanaman dan meningkatkan kesuburan tanah secara alami. Selain itu, mengatasi penggunaan air tawar yang berlebihan melalui praktik-praktik seperti "pertanian lahan kering", di mana tanaman tumbuh tanpa irigasi, juga bisa diterapkan. Contohnya, kita bisa membiarkan rumput pendek tumbuh di permukaan tanah dan menanam tanaman baru di atas residu rumput ini, untuk mengurangi penguapan dan meningkatkan penyerapan air hujan. Menggunakan metode-metode regeneratif seperti di atas dapat membawa banyak manfaat bagi manusia, satwa liar, dan planet ini. 8. Peran Peternak Selain petani, banyak juga peternak yang tengah memelopori praktik-praktik inovatif dalam upayanya menanggulangi perubahan iklim dan mencukupi kebutuhan makanan yang sehat. Contohnya, Reginaldo Haslett-Marroquin, pendiri “Main Street Project” di Guatemala, berhasil membentuk peternakan unggas yang unik yang disebut dengan wanatani. Dalam prosesnya, wanatani meniru habitat alami unggas hutan dengan cara memelihara ungags-unggas buras di hutan pohon kemiri. Beberapa manfaat diantaranya termasuk perlindungan alami bagi ayam dari predator udara serta matahari, pengurangan ketergantungan pada sumber pakan dari luar (karena ungags-unggas ini dapat mencari pakan dari makanan alami), pengendaliaan hama secara alami, dan penghasilan pendapatan tambahan melalui kemiri. Singkatnya, “Main Street Project” berhasil menciptakan sebuah ekosistem yang hidup dan mencegah timbulnya sebuah monokultur yang merusak. Yang terpenting, proyek ini membudidayakan keberlanjutan ekologi, ekonomi, dan sosial, serta menunjukkan bahwa manfaat jangka panjang bagi peternak, ayam, lingkungan, dan bahkan seluruh umat manusia, bergantung pada kesehatan planet ini secara keseluruhan. Artinya, regenerasi kesehatan manusia dan lingkungan lebih penting daripada laba atau keuntungan jangka pendek semata.
- Breath
Oleh James Nestor Bernapas adalah sebuah proses yang sederhana. Bahkan, terkadang kita lupa bahwa kita sedang melakukannya. Apakah kamu tahu bahwa proses bernapas memiliki dampak yang sangat besar bagi kesehatan? Di luar peran mendasarnya dalam memastikan kelangsungan hidup, cara kita bernapas juga dapat membentuk wajah kita, memperlancar saluran udara kita, dan mengatasi berbagai kondisi kesehatan, mulai dari asma hingga stres. Yang mengherankan, bernapas—ditambah lagi dengan mengunyah—memiliki kekuatan yang sangat transformatif. Penulis kita kali ini, James Nestor, memperkenalkan kita pada dunia "pulmonot", yang artinya seseorang yang menggali kemampuan-kemampuan baru dalam eksplorasinya akan pernapasan. Dari merestrukturisasi bentuk wajah, halusinasi, hingga fungsi fisiologis, bernapas memiliki segudang manfaat. Yuk kita simak dampak-dampak mendalam dari aktivitas yang tampaknya biasa ini. 1. Dampak Mendalam dari Pernapasan Hidung pada Kesehatan James Nestor pernah melakukan sebuah eksperimen di mana ia menyumbat lubang hidungnya sendiri dengan silikon dan bernapas hanya melalui mulut selama sepuluh hari. Dampaknya? Tekanan darahnya meningkat dengan drastis, begitu juga dengan detak jantungnya, suhu tubuhnya anjlok, dan secara keseluruhan ia merasa begitu menderita. Hal ini menunjukkan bahwa cara kita bernapas, khususnya melalui hidung, memiliki dampak yang besar pada kesehatan. Namun, faktanya, sekitar 50 persen manusia lebih banyak bernapas menggunakan mulut (dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti kondisi medis, polusi, dan stres). Hasilnya? Kebanyakan dari kita seringkali mengalami hidung tersumbat, infeksi bakteri, dan pola tidur yang terganggu. Eksperimen serupa rupanya juga pernah dilakukan oleh Egil P. Harvold di tahun 1970-1980-an, di mana ia dengan sengaja menyumbat lubang hidung monyet-monyet dengan golongan darah rhesus. Hasilnya, lengkung gigi monyet-monyet ini menyempit, gigi mereka membengkok, dan bahkan terjadi perubahan pada bentuk kepala mereka. Wajah monyet-monyet ini hanya bisa kembali normal setelah pernapasan hidung mereka benar-benar pulih. Hidung, rupanya, bukan sekadar organ penghirup udara, melainkan sebuah regulator penting yang membersihkan, memanaskan, dan melembabkan udara, serta melepaskan zat-zat kimia yang mempengaruhi tekanan darah dan detak jantung kita. Alhasil, bernapas melalui mulut menghalangi tubuh kita dari mendapatkan manfaat-manfaat penting ini. 2. Evolusi, Pola Makan, dan Tantangan bagi Kesehatan Pernapasan Manusia Sebenarnya, hubungan antara manusia dengan pernapasan dapat ditelusuri secara evolusi, mulai dari era Homo Habilis dan Homo Erectus, yang hidup lebih dari 1,7 juta tahun yang lalu—dan praktik mereka dalam mengolah dan melunakkan makanan sebelum dikonsumsi—sampai ke perkembangan kemampuan berbicara Homo sapiens sekitar 300.000 tahun yang lalu—yang menyebabkan ukuran otak manusia menjadi lebih besar dan laring mereka menjadi lebih rendah. Karena perkembangan fisiologis ini, sinus dan saluran udara manusia mau tidak mau terdorong ke dalam ruang yang lebih sempit yang membuat hidung kita menjadi lebih menonjol dan kerongkongan kita rentan tersedak. Namun, tantangan yang sesungguhnya baru muncul sekitar 300 tahun yang lalu, ketika terjadi perubahan yang signifikan dalam pola makan manusia di negara-negara Barat. Karena metode pengolahan makanan sudah semakin baik, makanan yang turut diproduksi pun menjadi sangat lembut. Alhasil, kebutuhan kita untuk mengunyah berkurang secara signifikan. Nah, transformasi pola makan ini memiliki konsekuensi yang besar terhadap struktur wajah manusia. Mulut kita pun berevolusi menjadi lebih kecil, yang menyebabkan peningkatan masalah ortodontik dan pernapasan. Kepala manusia modern, yang telah berevolusi selama ribuan tahun, kini harus menghadapi tantangan dalam bernapas karena faktor evolusi dan dampak dari pola makan modern. Pada tahun 1830-an, peneliti Amerika George Catlin berhasil mendokumentasikan beragam komunitas adat di seluruh Amerika beserta praktik pernapasan mereka. Terlepas dari beragamnya praktik budaya dan pola makan, komunitas-komunitas ini memiliki tubuh yang tinggi, gigi yang lurus, kesehatan yang baik, dan praktik pernapasan hidung yang universal. Catlin, yang yakin akan kekuatan transformatif dari pernapasan hidung, membagikan wawasannya dalam buku "Breath of Life", yang mendorong para pembaca untuk "MENUTUP MULUT" demi kesehatan pernapasan yang maksimal. Sayangnya, terlepas dari bukti-bukti yang kuat, pesan penting ini tidak dapat diterima secara luas. Masih banyak sekali tantangan yang terus berlanjut akan pemahaman kita akan dunia pernapasan. 3. Pendekatan Inovatif untuk Pengobatan Emfisema Pada tahun 1958, Rumah Sakit Veteran East Orange menerapkan sebuah strategi yang tidak biasa untuk mengobati penyakit emfisema. Pihak rumah sakit meminta direktur paduan suara Carl Stough untuk merawat beberapa pasien penyakit paru-paru kronis. Meskipun tidak memiliki latar belakang medis, Stough berhasil mengidentifikasi masalah yang dialami pasien-pasiennya: pernapasan yang tidak sempurna, meskipun telah menghirup udara yang cukup. Stough memusatkan pengobatannya pada diafragma, otot di bawah paru-paru, dan merancang teknik untuk memandu pasien melatih diafragmanya secara efektif. Pasien diminta berbaring datar, dan melakukan pernapasan lambat sambil menerima pijatan dan ketukan di berbagai area di dada, leher, dan tenggorokan. Metode yang tampaknya aneh ini secara luar biasa meningkatkan kapasitas paru-paru pasien dan menghidupkan kembali fungsi diafragmanya. Meskipun Stough tidak dapat menyembuhkan emfisema yang diderita pasien-pasiennya secara utuh, ia berhasil memberdayakan pasien-pasiennya untuk memanfaatkan bagian paru-paru mereka yang lebih sehat, dan memulihkan kapasitas mereka untuk berjalan, berbicara, dan bahkan bekerja sebagai seorang nahkoda kapal. Pendekatan inovatif ini mempertanyakan pemahaman konvensional kita akan pernapasan, khususnya membantah anggapan bahwa paru-paru dapat melemah seiring bertambahnya usia. Stough menunjukkan bahwa aktivitas mendasar seperti berjalan dan bersepeda dapat meningkatkan kapasitas paru-paru hingga 15 persen. Stough juga mengingatkan kita akan pentingnya menghirup dan menghembuskan napas dengan baik dan benar. 4. Manfaat Kesehatan Bernapas dengan Lambat di Berbagai Praktik Budaya Banyak sekali praktik keagamaan di dunia—seperti pengucapan "Om" dalam agama Jainisme, pengulangan doa rosario pada agama Katolik, dan pengucapan “sa ta na ma” dalam ajaran yoga Kundalini—yang melibatkan napas yang berlangsung sekitar 5,5 hingga 6 detik selama sebuah doa atau meditasi berlangsung. Rupanya, ritme ini memiliki manfaat kesehatan yang luar biasa, karena mampu meningkatkan aliran darah ke otak dan meningkatkan efisiensi tubuh kita secara keseluruhan. Kunci utamanya adalah bernapas dengan lambat dan dalam. Hal ini disebabkan oleh proses pertukaran biokimia di dalam paru-paru, di mana karbon dioksida, yang sering dianggap sebagai sebuah zat buangan, berperan memisahkan oksigen dari sel darah dan melebarkan pembuluh darah, sehingga aliran darah kita meningkat. Ternyata, bernapas lebih dalam tidak akan mengurangi asupan oksigen kita, dan napas yang lambat dan teratur justru akan mempertahankan kadar karbon dioksida yang penting adanya di dalam tubuh, sehingga meningkatkan energi dan efisiensi kita. Oleh karena itu, menerapkan pola pernapasan 5,5 detik tarik napas dan 5,5 detik buang napas, dengan total 5,5 napas per menit, selama beberapa menit setiap harinya, terbukti bermanfaat, terlepas dari konteks agama. 5. Membentuk Ulang Bentuk Mulut untuk Pernapasan yang Lebih Baik Seperti kita tahu, gaya hidup manusia yang modern—memakan bahan olahan, kurangnya kebiasaan mengunyah—telah menyebabkan berbagai masalah pernapasan, dari mendengkur hingga asma. Hal ini dikarenakan mengecilnya ukuran mulut dan saluran udara kita seiring berjalannya waktu. Kabar baiknya, karena masalah ini berakar pada kebiasaan, maka kita juga memiliki kemampuan untuk mengubah kebiasaan kita. Kemajuan dalam bidang ortodontik pun menunjukkan adanya potensi untuk mengubah bentuk mulut kita. Contohnya, metode ortodontik konvensional di abad ke 20-an seringkali melibatkan perubahan bentuk dan ukuran mulut manusia dengan cara-cara seperti mencabut gigi dan menggunakan kawat gigi, sehingga banyak orang mengalami masalah-masalah mendengkur atau sleep apnea. Oleh karena itu, dokter gigi Inggris John Mew mengusulkan sebuah solusi: bagaimana kalau kita mempertahankan postur mulut yang baik, dengan bibir tertutup rapat, gigi sedikit bersentuhan, dan lidah berada di langit-langit mulut? Perangkat khusus seperti Homeoblock dari Theodore Belfor pun turut membantu mensimulasikan peningkatan pengunyahan yang ideal. Dengan menggunakan Homeoblock, saluran udara menjadi melebar, rahang menjadi sejajar, dan tulang sekitar wajah dapat bertumbuh dengan substansial. Hal ini menunjukkan bahwa orang dewasa sebenarnhya memiliki kemampuan untuk mengubah bentuk tulang mereka dengan cara meningkatkan kebiasaan dalam mengunyah, sebuah proses yang difasilitasi oleh aktivasi sel punca atau stem cell. Hal ini tidak hanya bermanfaat untuk saluran pernapasan yang lebih lancar tetapi juga sebagai teknik anti-penuaan. 6. Teknik Pernapasan Ekstrem dapat Memaksimalkan Potensi Manusia Tubuh manusia menyimpan banyak kemampuan yang luar biasa. Swami Rama, seorang pengunjung klinik psikiatri di Kansas pada tahun 1970, berhasil membuat para dokter tercengang ketika ia mampu memanipulasi detak jantungnya—bergeser dari 74 menjadi 52 denyut per menit dalam waktu satu menit, dan mencapai denyut nadi 300 denyut per menit—hanya dengan kekuatan pernapasan. Rupanya, para yogi, seperti Rama, telah memiliki kemampuan luar biasa ini dari generasi ke generasi. Contoh lainnya, Tummo, sebuah teknik pernapasan yang dikembangkan oleh penganut Tibetan Buddhism, memungkinkan para praktisinya untuk bertahan dalam kondisi beku di Himalaya, menentang keterbatasan dari kondisi suhu tubuh, dengan cara menghasilkan panas tubuh. Wim Hof, seorang warga Belanda, juga berhasil mencapai pencapaian yang setara; ia berlari setengah maraton di Lingkaran Arktik tanpa memakai pakaian pelindung—bahkan sambil melawan infeksi—dan selamat tanpa celaka. Pencapaian-pencapaian luar biasa ini lahir dari sebuah metode pernapasan intensif, di mana seseorang menarik napas secara kuat dan menginduksi kondisi stress di dalam tubuhnya. Di dalam kondisi ekstrem ini, praktisi dapat memanipulasi sistem saraf otonomnya, mengatur fungsi-fungsi yang biasanya berada di luar kendali sadar manusia. Meskipun kontroversial, praktik-praktik ini, termasuk pendekatan Hof yang menggabungkan eksposur pada suhu dingin yang ekstrem, menggarisbawahi potensi transformatif yang luar biasa dari pernapasan, akan tubuh manusia. 7. Potensi Psikedelik dari Metode Pernapasan Ekstrem Teknik pernapasan yang intens, jika dilakukan secara ekstrem, juga dapat menghasilkan efek yang menyerupai obat-obatan psikedelik. Stanislav Grof, seorang mahasiswa psikologi, memelopori sebuah alternatif legal yang dapat menggantikan peran obat psikidelik LSD, yang dikenal sebagai “Holotropic Breathwork”. Ia menemukan bahwa beberapa jam saja bernapas secara intensif dapat memicu halusinasi yang mendalam. Pemicu halusinasi ini adalah manipulasi dari kadar karbon dioksida di dalam tubuh. Saat pernapasan yang intens menurunkan kadar karbon dioksida di dalam tubuh, maka terjadi penurunan aliran darah ke bagian otak tertentu, yang akhirnya memicu halusinasi. Sebaliknya, memaparkan seseorang ke dosis karbon dioksida yang tinggi, yang disebut sebagai "terapi karbon dioksida" oleh ahli saraf Justin Feinstein, akan memicu serangan panik di awal terapi, namun memberikan ketenangan yang mendalam di akhir terapi, mirip dengan ketenangan yang dirasakan ketika kita bernapas dengan lembut dan lambat. Tentu saja, teknik “Holotropic Breathwork” masih dianggap kontroversial dan belum banyak diteliti. Terapi karbon dioksida Feinstein pun, meski dapat membawa kita kepada kondisi yang tenang, juga memiliki efek negatif seperti sensasi sesak napas atau tercekik. Meskipun demikian, kedua temuan metode ini menunjukkan bahwa tingkat karbon dioksida yang berbeda-beda memiliki dampak yang besar akan kesadaran dan kondisi mental manusia, yang berarti, pernapasan menyimpan potensi besar terhadap eksplorasi dan intervensi terapeutik. 8. Kekuatan Pernapasan yang Belum Tersentuh Sementara para ilmuwan seperti Justin Feinstein kerap mengeksplorasi hubungan antara pernapasan dan tingkat karbon dioksida, para perintis seperti Carl Stough dan John Mew terus bereksperimen di luar standar medis negara-negara Barat. Sebaliknya, tradisi kuno seperti Tummo dan yoga, mengarah pada perpaduan kebijaksanaan pernapasan yang berbeda. Berakar pada konsep prana di India dan ch'i di Cina, tradisi-tradisi ini berpusat pada energi kekuatan hidup yang mengalir di alam semesta, yang terkonsentrasi pada makhluk hidup. Praktik-praktik seperti akupunktur dan yoga bertujuan untuk mempertahankan aliran energi ini, yang bisa dicapai melalui pernapasan yang disengaja. Yoga Sutra, yang berasal dari tahun 500 SM, memprioritaskan keheningan dan pengaturan napas untuk mengumpulkan prana, dan memberikan penjelasan akan efek-efek dari pernapasan yang berat. Di dalam ajarannya, guncangan yang disebabkan oleh akumulasi prana yang berlebihan secara tiba-tiba juga dapat menyebabkan reaksi ekstrem, termasuk halusinasi. Nah, meskipun ilmu pengetahuan modern tentang pernapasan masih terus berkembang, kita dapat memanfaatkan kekuatan pernapasan tanpa menggunakan metode yang ekstrem: cukup dengan menerapkan praktik-praktik penuh kesadaran seperti menarik napas selama 5,5 detik, menghembuskannya selama 5,5 detik, dan mengulanginya.
- Breaking the Habit of Being Yourself
Oleh Joe Dispenza Berhenti sejenak dan bayangkan: kamu bangun tidur dengan perasaan penuh semangat, inspirasi, dan kepercayaan diri. Setiap hari. Apakah mungkin? Menurut Dispenza dalam Breaking the Habit of Being Yourself, sangat mungkin, dan semuanya berawal dari pikiran dan emosi. Bagaimana sih cara kita memprogram ulang pikiran bawah sadar kita agar bisa memanifestasikan realita yang kita ingingkan? Bagaimana caranya juga kita bisa menukar kebiasaan-kebiasaan lama dengan kebiasaan yang baru? Yuk, kita simak beberapa tips dan trik berikut. 1. Pikiran dan emosi menciptakan realita. Riset mengenai ilmu syaraf dan epigenetika telah membuktikan bahwa setiap pikiran dan emosi yang muncul dalam diri kita memicu reaksi berantai aktivitas syaraf di dalam otak. Dengan terus berpikir dan merasa, perlahan otak kita mulai menyusun dirinya ke dalam suatu pola, menciptakan jalur syaraf yang menentukan keyakinan dan kebiasaan sehari-hari kita. Hal ini dikarenakan otak kita bersifat plastis, yang artinya dia bisa beradaptasi dengan pengalaman dan pembelajaran baru. Tidak hanya berhenti di situ, pikiran dan emosi juga berkaitan erat dengan kondisi fisik kita. Stres, kecemasan, dan emosi negatif dapat berdampak buruk pada kesehatan fisik tubuh. Sebaliknya, pikiran dan perasaan positif dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan meningkatkan kesejahteraan hidup kita secara keseluruhan. Artinya, keyakinan dan harapan memiliki peran besar dalam membentuk kondisi fisik kita. Bayangkan jika kamu bisa memanfaatkan kekuatan pikiran dan emosimu untuk menciptakan realita yang kamu inginkan. Bagaimana caranya? Pertama-tama, sadari keyakinan-keyakinan apa saja yang kamu miliki yang selama ini membatasi dirimu. Apakah kamu memiliki pola pikir yang negatif? Kepercayaan-kepercayaan yang menghambat prosesmu mengaktualisasi diri? Sudah saatnya kamu memberanikan diri untuk menantang dan mengubah dogma-dogma teresebut. Ingat, Pikiran dan emosimu memiliki peran mendasar dalam membentuk realitamu. Buang pikiran dan emosi negatif, dan manfaatkan kekuatan pikiran dan emosimu untuk menciptakan persepsi dan realita hidup baru yang positif. 2. Isi diri dengan rasa syukur dan gagasan yang positif. Pernahkah kamu mendengar ungkapan "what you resist persists”?, yang artinya, semakin kamu melawan sesuatu, semakin dia akan bertahan. Baik itu pikiran negatif, emosi, atau situasi yang sulit, semakin kamu mencoba untuk menghancurkannya, semakin dia akan menguasai pikiranmu. Mengapa begitu? Ketika kamu melawan sesuatu, kamu mencurahkan segenap kekuatanmu pada hal tersebut. Kamu meyakinkan otakmu bahwa pikiran, emosi, atau situasi yang sedang kamu lawan ini penting dan layak mendapatkan perhatian. Otomatis otakmu akan mengalihkan fokusnya kepada hal tersebut dan mengukuhkannya dalam realitamu. Untuk memperbaiki ulang sistem otakmu, kamu harus mengalihkan perhatianmu dari hal-hal yang tidak kamu sukai ke hal-hal yang kamu sukai. Intinya, kamu hanya bisa berubah ketika kamu sudah mampu membingkai ulang pikiran dan emosimu. Tapi, bagaimana caranya? Pertama-tama, praktikkan rasa syukur. Akan apa? Akan hal apa saja, baik besar maupun kecil: tempat tinggal, kesehatan, keluarga yang utuh, atau kesempatan untuk melihat matahari terbenam. Dengan fokus pada hal yang kamu syukuri, kamu akan mulai melihat dunia dari lensa yang berbeda. Kedua, lakukan “positive visualization”. Bayangkan dirimu berada di dalam suatu realita yang kamu inginkan, lengkap dengan segala perasaan, emosi, dan pengalaman yang menurutmu ideal. Berikan pesan yang jelas kepada otakmu akan hal-hal apa saja yang kamu inginkan. Otakmu akan secara otomatis memprioritaskan gagasan-gagasan positif tersebut. 3. Pikiran yang memberdayakan adalah fondasi dari realita yang ideal. Apa sih sebenarnya yang dimaksud dengan realita? Mungkin selama ini kita berpikir bahwa realita adalah gabungan dari sejarah, peristiwa, menusia, dan tempat yang ada di sekitar kita. Tetapi, menurut Dispenza, realita adalah akumulasi dari keyakinan-keyakinan yang kita miliki. Dia terbentuk dari apa dan bagaimana kita berpikir akan diri kita dan dunia. Seperti benih, pikiran bisa tumbuh menjadi keyakinan yang membentuk realita kita. Artinya, jika kita menanam pikiran yang positif, maka kita akan menuai pengalaman yang positif; jika kita menanam pikiran yang negatif, maka kita akan menuai pengalaman yang negatif. Sekarang pertanyaannya: bagaimana kita bisa memanifestasikan realita yang ideal? Pertama, tetapkan keyakinan yang memberdayakan diri sendiri. Pikiran yang memberdayakan akan memberi kamu harapan, kepercayaan diri, dan inspirasi. Sebagai contoh, kalau kamu merasa bahwa kamu tidak akan pernah mengalami sukses di dalam kariermu, yakinkan dirimu bahwa kamu mampu menyelesaikan segala pekerjaan yang ada di depan matamu. Atau, kalau kamu berpikir bahwa kamu tidak akan pernah menemukan cinta yang tulus, yakinkan dirimu bahwa kamu pantas mendapatkan seseorang yang mencintai kamu seutuhnya. Pikiran-pikiran yang memberdayakan inilah yang nantinya akan membuka jalan untuk pengalaman-pengalaman positif masuk ke dalam realitamu. Kedua, alihkan fokus pada hal-hal yang kamu inginkan ketimbang hal yang tidak kamu inginkan. Misalnya, jangan tinggal diam di dalam hubungan yang selalu membuatmu kecewa, mulailah bergabung dalam komunitas-komunitas yang membuatmu merasa dihargai, atau yang memiliki visi serupa denganmu. Contoh lainnya, jika kamu ingin hidup sehat, mulailah berolahraga dan berhenti berkomitmen pada kegiatan-kegiatan yang kamu benci. Keinginan itu seperti kaca pembesar yang kamu arahkan ke matahari. Semakin kamu fokus pada apa yang kamu inginkan, semakin kamu akan merasa bahagia dan puas. Sekali lagi, coba tanyakan pada sendiri: apakah keyakinan-keyakinan tentang diriku selama ini memberdayakanku atau justru membatasiku? Keyakinan mana saja yang harus aku pertahankan dan keyakinan mana saja yang harus aku ubah? 4. Meditasi rutin dapat meningkatkan kesadaran diri dan mengurangi stres. Mungkin selama ini kamu percaya bahwa hanya orang-orang tertentu saja yang harus bermeditasi. Atau kamu berpikir bahwa meditasi adalah suatu kegiatan yang membosankan yang membuang-buang waktu. Atau mungkin kamu pernah mencoba bermeditasi, tapi tidak ada hasilnya, sehingga kamu berhenti. Kalau kamu berpikir bahwa meditasi adalah sekedar relaksasi belaka, artinya kamu keliru. Ketika kamu bermeditasi, sebenarnya kamu sedang memberikan otakmu kesempatan untuk menciptakan koneksi syaraf yang baru. Kalau kamu terus melakukannya dengan teratur, maka kamu akan menjadi individu yang lebih sadar diri, karena kamu mampu mengatur emosimu dengan lebih baik. Dalam jangka panjangnya, kamu bisa meningkatkan kemampuanmu mengambil keputusan, membentuk pola-pola pikir yang baru, dan menumbuhkan rasa kesejahteraan yang utuh. Yang lebih penting lagi, meditasi dapat membantumu meningkatkan kesadaran diri. Menjadi sadar diri berarti memperhatikan momen saat ini tanpa memberikannya penilaian apapun. Kamu hanya mengamati pikiran dan emosimu dengan sikap yang lepas. Kalau kamu sudah sampai di titik ini, artinya kamu sudah bisa menyelaraskan pikiran, perasaan, dan sensasi fisik tubuhmu. Efeknya? Kamu bisa merespons segala jenis situasi dengan baik dan bijak, mulai dari ban bocor hingga kehilangan peluang pekerjaan. 5. Siapkan lingkungan internal dan eksternal yang kondusif sebelum memulai perubahan besar. Mengubah diri sendiri memang bukan hal yang mudah. Untuk itu, kita perlu memancing perubahan-perubahan yang kita inginkan untuk terjadi dalam diri kita. Misalnya, kita bisa mendedikasikan satu ruangan khusus di rumah untuk bermeditasi, atau juga mendengarkan musik santai di jam-jam tertentu. Menyiapkan kebiasaan-kebiasaan kecil ini akan memicu gelombang alfa di otak kita, yang berfungsi menghadirkan ketenangan, fokus, dan kapasitas diri untuk menerima informasi baru. Lama kelamaan, kebiasaan-kebiasaan lama kita yang negatif akan tergantikan oleh hal-hal positif yang kita inginkan. Contoh lainnya, akan lebih mudah menguasai rutinitas olahraga baru ketika kita sudah mampu membayangkan diri kita dengan perut ‘six-pack’. Atau, akan lebih mudah mendapatkan promosi di kantor ketika kita sudah bisa melihat diri kita dengan jabatan yang kita impikan. Jadi, selaraskan usahamu dengan tujuan utamamu. Gambar peta yang jelas menuju transformasi akhirmu. Selain memancing perubahan, kamu juga harus meningkatkan kesadaran emosionalmu. Apa saja masalah yang selama ini diam-diam mengganggumu? Catat, supaya kamu bisa melihat dan merasakan pikiran, emosi, dan sensasi fisik yang muncul di baliknya. Amati pikiran, perasaan, dan sensasi ini tanpa memberinya penilaian. Pahami pola perilakumu. Pilah dan pilih emosi mana saja yang harus kamu buang, dan area mana saja dalam hidupmu yang memerlukan perbaikan. Persiapan-persiapan di atas akan membantumu mematahkan keyakinan-keyakinan lama yang selama ini membatasi dan menghambat perkembangan dirimu! 6. Aktifkan diri yang baru dengan konsisten. Pernah tidak, kamu merasa ragu untuk meninggalkan lingkar persahabatan yang tidak sehat karena diam-diam kamu percaya bahwa kamu tidak layak mendapatkan sahabat yang lebih baik? Coba lacak lagi asal-usul kepercayaanmu ini. Siapa atau apa yang membuat kamu berpikir seperti ini? Temukan akar masalahnya. Setelah itu, arahkan fokusmu pada keyakinan yang baru: bahwa kamu berharga, karena setiap manusia berharga. Buat hubungan syaraf yang baru di dalam otakmu. Lalu, terapkan proses ini pada setiap area dalam hidupmu, seperti percintaan, karier, keuangan, dan spiritualitas. Ingat, keyakinan-keyakinan yang membatasi dirimu hanya bisa hancur ketika kamu sudah membongkar pasang diri lamamu. Sapu bersih pola pikir dan asumsi-asumsi akan dirimu yang negatif, supaya kamu terbebas dari keyakinan-keyakinan palsu yang menyimpang. Setelah kamu berhasil membongkar pasang dirimu, kamu pun harus mengisi kekosongan baru yang ada dalam dirimu. Bagaimana caranya? Dengan latihan mental. Tanyakan pada diri sendiri: versi baru diri sendiri seperti apa yang aku inginkan? Detail spesifik apa yang dapat menggambarkan diri baruku secara konkret? Formulasikan proses berpikir yang baru: bagaimana aku akan berjalan dan berbicara? Siapa panutanku? Semakin jelas dan utuh gambaran diri barumu, semakin mudah untuk kamu menjadi orang tersebut. Selamat mencoba menghidupi hidup yang baru!